03 December 2009

aku tak sempurna

salah kiranya klo engkau yang mengenal dan tidak mengenalku berpikir aku istimewa…
karena engkau tidak pernah melihatku….
salah kiranya jika dengan melihat tulisan bisa melihat sejauh apa iman seorang….karena iman tak dapat digambarkan dengan tulisan, bahkan banyak penulis-penulis sastra yang mampu melahirkan tulisan-tulisan hebat…tp dia bukanlah seorang muslim….

aku tidak sempurna…..
percayalah…kau akan temui kekecewaan ketika bertemu denganku….
karena banyak hal yang aku sembunyikan daripada yang aku tampakkan……

kau akan menemui jiwaku yang rapuh…
bukan jiwa yang kuat seperti tulisan-tulisanku…..
kau akan menemui fisik yang seadanya…..
karena aku tak pernah meminta kepada Nya..ini yang DIA berikan dan ini yang aku terima dan aku menjaganya sampai Allah memintanya kembali

salah…..klo engkau menilai aku SEMPURNA
karena aku jauh dari kesempurnaan….karena aku cuma manusia biasa
yang punya rasa marah, kecewa, dan sifat yang mungkin mengesalkan…
tapi inilah aku…..

berpikirlah lagi jika ingin mengenalku….
karena aku tak bisa menjamin……bahwa kau takkan kecewa
tapi aku akan berusaha utk tidak merampas hakmu dan memuliakanmu semampuku

aku
hanya manusia akhir zaman
yang merajut waktu-waktu hidupku
untuk berbuat yang baik…..karena kematian bukan akhir kehidupan…
ya……
masih ada fase kehidupan lain yang harus aku lalui….dan aku hari ini
menyiapkan itu………

maaf…buat orang2 yang selama ini terdzhalimi dengan lisan dan perbuatanku
karena tak pernah ada kebahagian sesaat yang aku inginkan dari sakit dan perihnya luka kalian akibat lisan dan perbuatanku……

sumber : dari sebuah milis

22 November 2009

Antara Kebenaran dan “Pembenaran”

Oleh: Fahmi Islam Jiwanto, MA
Kirim Print

dakwatuna.com – Semua anak Adam selalu menginginkan terjadinya hal-hal yang benar, selalu ingin perilaku dan tindak tanduknya dinilai benar, selalu berharap orang lain memberikan kepadanya hal-hal yang benar…. Tetapi ternyata….. Ternyata hal-hal yang dianggap benar, atau dinilai benar tidak semuanya berdasarkan pada Kebenaran. Terkadang hal-hal yang terlihat atau tampak benar sebenarnya hanyalah berdasarkan pembenaran semata. Tidak semua kesalahan sulit dibungkus dengan retorika pembenaran. Tidak semua hawa nafsu telanjang tanpa pakaian pembenaran. Tidak semua kepalsuan terlihat apa adanya.

Ada jarak yang jauh antara kebenaran dengan (yang sekedar) pembenaran. Karena:

Kebenaran bersumber dari Allah, sedangkan pembenaran bersumber dari hati yang sakit.

Allah berfirman tentang kebenaran:

147. kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (al-Baqarah: 147)

Sementara tentang pembenaran Allah berfirman:

10. dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

11. dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. mereka menjawab: “Sesungguhnya Kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-Baqarah: 10-11)

Kebenaran menenteramkan hati, sementara pembenaran hanyalah membuat hati guncang dan ragu.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits diriwayatkan dari Wabishoh bin Ma’bad:

جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ؟ قُلْتُ نَعَمْ فَجَمَعَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهَا فِي صَدْرِي وَيَقُولُ يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ نَفْسَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ رواه أحمد

“Engkau bertanya kepadaku tentang kebaikan dan dosa.” Wabishoh menjawab, “Iya wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah mengumpulkan tiga jarinya dan menusukkannya ke dada Wabishoh, dan bersabda, ” Wahai Wabishoh, tanyalah hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan jiwamu tenteram. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu dan mengguncang dadamu, meskipun orang-orang sudah memberimu jawaban. (HR Ahmad juz 37 hal. 438 no. 17315)

Kebenaran bertahan lama, sementara pembenaran cepat atau lambat akan tersingkap kepalsuannya.

17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (ar-Ra’du: 17)

Kebenaran melahirkan kebaikan, sedangkan pembenaran melahirkan kerusakan.

Tentang akibat masyarakat yang menegakkan kebenaran Allah berfirman,

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A’raf: 96)

Tentang masyarakat yang didominasi oleh dosa Allah berfirman,

41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(ar-Rum: 41)

Kebenaran terkadang kurang populer, sedangkan pembenaran selalu mengandalkan popularitas.

Allah berfirman:

116. dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga. (al-An’am: 116)

Sedangkan tentang orang-orang munafiq Allah menceritakan bagaimana mereka memakai sumpah palsu untuk mendapatkan popularitas, Allah berfirman,

62. mereka (orang-orang munafiq) bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. (at-Taubah: 62)

Allah juga berfirman

204. dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204)

Kebenaran adalah sesuatu yang diperjuangkan orang mukmin, sementara pembenaran adalah hal selalu dipakai oleh orang munafik.

Nabi Syu’aib a.s. mengatakan

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Hud: 88)

Nabi Syu’aib ketika mengatakan kebaikan, dia dalam posisi memperjuangkan kebenaran yang kadang tidak mendatangkan keuntungan untuknya.

Sedangkan pengguna topeng pembenaran menggunakan retorika untuk membela kepentingan dan mempertahankan zona amannya.

62. Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.

63. mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasehat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (an-Nisa’: 62-63)

Pencari kebenaran selalu mengintrospeksi dirinya, sedangkan pengguna pembenaran selalu menutupi cacatnya.

Rasulullah bersabda,

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه الترمذي وابن ماجه

“Orang yang pandai adalah yang mengekang jiwanya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan terhadap Allah. (HR at-Turmudzi dan Ibnu Majah)

Kebenaran terkadang pahit dan tidak sesuai dengan hawa nafsu sedangkan pembenaran selalu mengikuti hawa nafsu.

Rasulullah SAW bersabda,

حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ رواه البخاري ومسلم واللفظ له

“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kebenaranlah yang pada akhirnya bermanfaat di akhirat, sedangkan pembenaran hanya akan mempersulit hisab seseorang.

13. pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.

14. bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,

15. meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya. (al-Qiyamah: 13-15)

Semoga Allah memberi petunjuk dan kekuatan pada kita semua untuk mengetahui dan mengikuti kebenaran di mana pun dan kapan pun. Amiin. Allahu a’lam


www.dakwatuna.com

Penyebab Musibah Adalah Kemaksiatan

Jumat, 20/11/2009 14:54 WIB Cetak | Kirim | RSS

Allah Ta’ala telah memperlihatkan kemahakuasaannya atas segala sesuatu. Tidak ada segala peristiwa yang terjadi di alam semesta yang terlepas dari iradah-Nya. Maka, berbagai peristiwa alam, yang begitu dahsyat, dan mempunyai dampak yang sangat luar biasa, khususnya bagi kehidupan manusia, tak lain hanya karena sudah berlangsungnya kemaksiatan di seluruh sisi kehidupan.

Saat ini, tak ada lagi tempat-tempat yang terbebas dan terlepas dari kemaksiatan dan kedurhakaan. Hidup ini hampir dipenuhi dengan sikap penyimpangan, pelanggaran, dan penolakan yang terang-terangan terhadap hakikat perintah dan larangan dari Allah Ta’ala. Segala kemaksiatan dan penyimpangan termasuk kekafiran terhadap nilai-nilai ajaran Allah, begitu sangat kuat, dan bahkan menjadi kebanggaan.

Jika Allah Azza Wa Jalla, menurunkan azab dan bala’ berupa bencana, dan bentuk-bentuk azab lainnya, tak lain itu merupakan buah langsung dari tindakan manusia itu sendiri.

“Dan musibah apa saja yan menimpamu itu adalah disebabkan oelh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (Asy-Syura : 30)

Tetapi, manusia yang sudah melanggar dan menjauh dari perintah Allah itu, tak banyak diantara mereka yang menyadari atas segala kekeliruan itu, dan kemudian kembali ke jalan kebenaran. Tapi, kebanyakan manusia, justru tetap bermaksiat.

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”. (An-Nisa : 79).

Allah Ta’ala telah memberikan ganjara di dunia dengan berbagai pesan yang sangat jelas, baik itu berupa azab, kenikmatan, dan siksaan, semua telah berlaku pada umat terdahulu. Para pelaku keburukan dan kejahatan serta tindakan yang menyeleweng dan menyimpang seperti, kaumnya Nuh, ‘Ad, Tsamud, kaum Luth, penduduk Madyan, dan kaumnya Fir’aun, selama mereka berada di dunia, mereka sudah dihancur-leburkan oleh Allah Rabbul Aziz.

Apalagi, bila yang berbuat maksiat itu bukan hanya rakyat , tapi justru para pemimpin, yang menjadi tauladan dalam kedurhakaan kepada Allah. Seperti berbuat tidak adil, berdusta (berbohong), bersumpah palsu, bertindak sewenang-wenang, menjauhkan rakyat dan kaumnya dari agama Allah, membunuh dengan tanpa alasan yang sangat jelas, dan dibolehkan oleh Allah. Maka, semua itu akan menyebabkan lahirnya bencana dan azab dari Allah Ta’ala.

“Wahai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, ‘Ad, dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tiak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seseorang pun yang akan memberi petunjuk”. (al-Mukmin : 30-33).

Manusia boleh berbohong, berdusta, menipu, dan lalu mengganti kebohongan dengan kebenaran, sebaliknya menzalimi orang-orang yang ingin menunaikan dan menegakkan kebenaran. Maka, Allah akan memberikan azab di dunia, sebelum menimpakan azab yang sesungguhnya di akhirat nanti.

“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar”. (As-Sajadah :21).

Maka, bagi mereka yang mendapatkan amanah, hendaknya berlaku jujur, tulus, dan tidak berbohong, dan membohongi terhadap yang sudah memberikan amanah. Kehidupan akan menjadi cenang-perenang, terus terjadi kekacauan, tidak adanya ketenteraman, manakala sebuah negeri dikusai dan dipimpin orang yang fasik dan fajir, dan bohong serta dusta menjadi 'manhaj' dalam hidupnya.

Dan, mereka pasti akan selalu berbuat kerusakan dan kedurhakaan kepada Allah, dan sesamanya. Inilah azab yang sesungguhnya. Wallahu’alam.

Editorial
www.eramuslim.com

28 September 2009

Orang Mukmin Tidak Pernah Stres!

Orang Mukmin Tidak Pernah Stres!

Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(Qs Al Anbiya’: 35)


Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)

Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah

Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)

Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)

Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)

Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وجعلت قرة عيني في الصلاة

“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)

Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)

Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah

Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)

Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)

Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.

Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,

وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)

Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)

Hikmah cobaan

Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.

Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:

أنا عند ظنّ عبدي بي

“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)

Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)

Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:

[Pertama]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)

[Kedua]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)

[Ketiga]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل

“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)

Penutup

Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.

Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 15 Rabi’ul awwal 1430 H

***

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim Al Buthoni, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

04 September 2009

HAKIKAT NAFSU DAN AKAL

HAKIKAT NAFSU DAN AKAL
H. M. Shoffar Mawardi

Semoga Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Luas ilmu-Nya senantiasa
membimbing kita untuk dapat mengkaji dan memahami kebenaran hakiki dalam hidup ini.
Terlebih hal-hal yang menjadi bagian dari persoalan hidup kita sehari-hari. Diantara hal penting
yang sering menjadi bahan perbincangan kita sehari-hari adalah mengenai istilah “Nafsu, Akal,
Qolbu dan Ruh”.
Imam Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu ‘Ajibah Al-Hasani di dalam kitab “Iiqodhul Himam”
menjelaskan bahwa sesungguhnya nafsu, akal, qolbu dan ruh itu adalah sesuatu yang satu yang
ada pada diri manusia. Ia hakikatnya adalah “Ruh”, yang terus-menerus berkembang secara
dinamis sesuai dengan proses pembersihan (tashfiyah) dan kenaikan (taroqqiyah) yang terus
berlangsung di dalamnya. Oleh karena itulah Allah SWT menyatakan bahwa beruntunglah orangorang
yang terus-menerus berproses membersihkan ruhnya. “Maka Allah mengilhamkan kepada
ruh itu potensi kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan ruhnya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS.91.Asy-
Syams:8-10)
Nafsu
Ketika seorang manusia hari-hari kehidupannya masih dikuasai dan disibukkan oleh
dorongan-dorongan hawa nafsu dan keinginan-keinginan syahwatnya tanpa mempedulikan
apakah hukumnya halal atau haram, maka ruh yang ada di dalam diri orang seperti ini disebut
“Nafsu”. Nafsu adalah derajat ruh yang paling rendah.
Jika seorang manusia ruh yang ada didalam dirinya masih derajat nafsu, maka ia tidak
akan berpikir dan peduli mengenai “Hukum Syara’”, halal atau haram, benar atau salah, baik atau
buruk, apalagi pantas atau tidak pantas. Yang ada dalam benak orang seperti ini hanyalah “Saya
ingin” dan “Saya mau”. Bagi “Nafsu” tidak ada urusan dengan maksiat, dosa, siksa apalagi tata
krama. Bahkan resiko dan akibat dari apa yang akan diperbuatnya pun tidak ia pikir dan
pedulikan. Oleh karenanya ciri khas dari perbuatan “Nafsu” itu ujung-ujungnya adalah
malapetaka dan akhirnya adalah penyesalan yang sia-sia.
Orang yang ruhnya masih derajat nafsu maka kecenderungannya tidak mau beribadah
dan mengabdi kepada Allah SWT. Ia lebih memilih bertuhan kepada “Hawa nafsu” serta “Syetan”
dan mengabdi kepada keduanya. Allah SWT berfirman :”Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?”(QS.25.Al-Furqaan:43). Orang yang bertuhankan hawa nafsu ini
perilakunya bisa lebih nista, lebih memalukan dan lebih sesat daripada binatang. Allah SWT
berfirman :”Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS.25.Al-Furqaan:44).
“Nafsu” yang ada pada diri seorang manusia akan membuat tumpul akal sehatnya, buta
mata hatinya dan tuli telinga nuraninya. Allah SWT berfirman :”Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk isi neraka Jahannam itu kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS.7.Al-
A’raaf:179). Pemikiran, perkataan, perbuatan dan aktifitas orang yang ruhnya masih derajat
“Nafsu” ini adalah potret dari orang-orang yang dikalahkan, dihinakan dan dikuasai oleh syaitan.
Allah SWT berfirman :”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah. Mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah
golongan yang merugi.(QS.58.Al-Mujaadilah:19).
Berbagai macam perilaku tidak bermoral, kemaksiatan dan tindak kejahatan dengan
segala modus operandinya, penyalahgunaan narkoba, prostisusi, pornografi, pornoaksi serta
pergaulan bebas adalah contoh-contoh nista perilaku yang dilakukan orang-orang yang derajat
ruhnya masih “Nafsu”.
Jika manusia manusia derajat ruhnya pada tingkat terendah seperti ini, maka “Cahaya
ruh” pada dirinya masih tertutup. Ia gelap gulita. Oleh karenanya ia tidak dapat membaca
petunjuk-petunjuk Allah dalam hidupnya. Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak ada arti baginya. Fatwa
ulama dan nasihat orang-orang shalih tidak akan diterimanya. Dialog dengannya biasanya hanya
membuang waktu sia-sia karena tidak ada kebenaran hakiki yang dapat digali. Hanya kekuatan
yang dapat menghentikan kejahatannya. Kekuatan dhohiriyah dan kekuatan ruhiyah.
Akal
Ketika seorang manusia walaupun di dalam dirinya masih bergejolak dorongan hawa
nafsu dan syahwat, namun ia mau dan mampu mencegah dan mengendalikan hawa nafsu dan
syahwatnya dengan ikatan-ikatan “Hukum Syara’”, maka “Ruh” yang ada di dalam dirinya telah
naik satu tingkat dari derajat “Nafsu” menjadi “Akal”.
Orang yang “Berakal”, di dalam dirinya masih ada kecenderungan serta dorongan hawa
nafsu dan gejolak syahwat. Namun keterikatannya dan ketundukannya kepada “Hukum Syara’”
yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rosulp-Nya membimbingnya untuk dapat mengendalikan
“Godaan & tipu daya” tersebut. Setiap muncul keinginan dan dorongan melakukan suatu, maka ia
akan selalu meneliti terlebih dahulu “Halal” atau “Haram” hukumnya jika dilakukan. Jika ternyata
“Haram”, maka walaupun keinginan sangat tinggi dan hasrat begitu menggebu, maka ia akan
mencegahnya dan segera mengikat “Keinginan Haram” itu dengan “Ikatan Hukum Syara’”.
Mengenai orang-orang yang gigih mengendalikan hawa nafsu ini, Allah SWT berfirman :”Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga adalah tempat tinggalnya” (QS.79.An-
Naazi’at:40-41).
Orang yang ruhnya sampai pada derajat “Akal” terkadang ia masih tergelincir kepada
perbuatan terlarang, namun ia segera istighfar. Terkadang ia jatuh ke dalam perbuatan maksiat,
namun ia segera bertaubat. Terkadang ia terpeleset kepada kekhilafan dan kesalahan, namun ia
segera sadar dan memperbaiki diri. Saat salah kepada sesama manusia, ia segera minta maaf.
Di waktu berdosa kepada Allah, maka ia segera mohon ampun. Allah SWT berfirman :”Dan
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka” (QS.3. Ali ‘Imran:135).
Ciri khas orang yang ruhnya sudah naik ke derajat “Akal” adalah suka dengan
pengetahun dan gemar menuntut ilmu. Majlis ilmu adalah tempat yang ditujunya. Orang-orang
alim adalah teman-teman pergaulannya. Buku-buku dan literatur adalah koleksinya. Media
komunikasi adalah sahabat-sahabatnya.
Ruh yang sudah sampai derajat “Akal” ini sudah mulai “Bercahaya”, namun masih
sedikit. Hal ini dikarenakan jangkauan pandangan dan pandangan akal itu masih terbatasi oleh
dimensi alam ciptaan-ciptaan Allah serta terikat dengan dalil-dalil dan bukti. “Akal” cenderung
hanya mau menerima dan membenarkan sesuatu yang ia temukan faktanya di alam semesta,
ada dalil-dalil yang menunjukkannya dan bukti-bukti yang menguatkannya. Ciri khas “Akal”
adalah segala sesuatu akan ditanyakan “Manakah dalilnya ?” atau “Manakah buktinya ?”.
Apapun yang belum ia dapatkan dalil dan buktinya, maka ia akan cenderung menolaknya.
Walaupun bisa jadi yang ia tolak itu hakikatnya adalah kebenaran.
Inilah yang menyebabkan cahaya “Akal” itu masih sedikit. Karena keterbatasan
kemampuan manusia untuk menguasai dalil-dalil dan menemukan bukti-bukti, akan membuatnya
terbatas pula dalam ilmu, iman dan amal. Allah SWT menegaskan berulang dalam AL-Qur’an
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Megetahui, sedangkan manusia banyak tidak tahunya.
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan bisa jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
(QS.2.Al-Baqarah:216).
Orang yang masih pada derajat “Akal” ini, terkadang terhadap sesuatu yang ada dalilnya
saja belum mau menerima, karena ia masih menuntut bukti. Padahal bisa jadi bukti baru bisa
ditemukan manusia ratusan atau ribuan tahun berikutnya. Seperti informasi bahwa “Matahari
berjalan pada garis orbitnya” mengitari pusat edar planet sudah disampaikan oleh Allah SWT di
dalam Al-Qur’an. “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang
Dazt Maha Perkasa lagi Maha mengetahui” (QS.36.Yaa Siin:38). Namun bukti mengenai fakta ini
baru ditemukan oleh manusia seribu empat ratusan tahun kemudian. Informasi mengenai proses
penciptaan langit dan bumi juga sudah diberitahukan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. “Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS.21.Al-
Anbiyaa’:30). Bukti mengenai fakta ini juga baru ditemukan oleh manusia seribu empat ratusan
tahun kemudian.
Ini membuktikan bahwa jika manusia hanya mengandalkan “Akal semata”, terkadang
firman Allah saja masih diragukan kebenarannya karena ia belum mendapatkan buktinya.
Padahal bisa jadi bukti baru ditemukan ribuan tahun berikutnya. Termasuk dalam hal
“Penerapan Syari’at Islam” secara kaffah pada seluruh bidang kehidupan ummat adalah “Solusi
terhadap berbagai problem kehidupan ummat saat ini”. Walaupun Allah sudah berulang
menyampaikan firman dan janjinya di dalam Al-Qur’an. Masih ada saja sebagian kaum muslimin
yang meragukan bahkan menolaknya. Sebabnya Karena “Akal” mereka belum menemukan
buktinya, walaupun Allah sudah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS.2.Al-Baqarah:208). Juga firman Allah :”Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan membuka untuk
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatan yang mereka lalukan (QS.7.Al-A’raaf:96).
Apakah kita mesti menunda untuk mengimani “Firman Allah” dan meyakini “Kebenaran
janji Allah” sampai menemukan bukti, walaupun itu nanti sepuluh, seratus atau seribu tahun lagi.
Masih hidupkah kita saat bukti itu Allah tunjukkan ?.
Oleh karena itu agar sempurna “Cahaya Hidayah Allah” dalam kehidupan kita, maka
derajat ruh harus terus kita tingakatkan, dari “Nafsu” menjadi “Akal”. Dan dari akal, naik menjadi
“Qolbu”. Kemudian menjadi “Ruh” yang sem purna. Insya Allah. Wallaahu ‘A’lam Bisshowaab.

17 August 2009

Inspirasiku...

Wahai Ayah Dan Ibu
Album :
Munsyid : Umam
http://liriknasyid.com


Dengarlah rintihan anakmu
Pimpinlah diriku ini
Dijalan penuh berduri

Berilah ilmu mengenal Tuhan
Pencipta diri ini
Selamatkan dari tipuan dunia
Menuju alam yang abadi

Reff. :
Ilmu akhirat wajib dipelajari
Bekalan untuk bertemu Illahi
Ilmu duniawi boleh dicari
Panduan hidup untuk berbakti

Ayah dan Ibu ini impianku
Ingin menjadi anak yang sholeh
Menolong ayah membantu ibu
Terus berbakti di negeri abadi

Oh Tuhan beri kekuatan iman
Pada kedua Ayah dan ibuku
Kau ampunkan segala kelemahan
Sentiasa dalam bimbingan-Mu

Setiap detik setiap saat
Berada dalam ridho-Mu
Jalan yang lurus ditunjukki
Tuhan jadi sahabat sejati

Reff 1 X

Pengirim : Fandry Fatharurrahman

26 July 2009

Hakikat hati

Di kala hati terasa gersang bagai padang tak bertuan, ia memohon untuk diairi. Di saat sungai kering dan daun-daun pepohonan berguguran, mereka meminta dipertemukan dengan hujan yang telah lama tidak dijumpai. Atau ketika tubuh terasa dehidrasi, ia akan merajuk agar segera diberi cairan di kerongkongan menuju setiap sendi dalam diri.

jadi begitulah hakikat hati. selalu merindukan perjumpaan dengan penghapus dahaga dan kegersangan.

24 July 2009

Alnect Computer

Modem Huawei E220 GSM/HSDPAIni dia modem GSM/HSDPA yg sudah teruji kekuatannya. tahan lama, kualitas bagus,
buruan ke toko onlinenya.

http://www.alnect.net/products.php?/4/19/25/235/Networking/Modem/Modem_GSM/Modem_GSM_3G/HSDPA_Huawei_E220

21 July 2009

Sendiri Menyepi

Sendiri Menyepi
Album : Muhasabah Cinta
Munsyid : Edcoustic
http://liriknasyid.com



Sendiri Menyepi

Sendiri Menyepi..

Tenggelam dalam renungan

Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan

perlahan kucari, mengapa diriku hampa…

mungkin ada salah, mungkin ku tersesat,

mungkin dan mungkin lagi…

Oh Tuhan aku merasa

sendiri menyepi

ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi

sampai kapan ku begini

resah tak bertepi

kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala

benderang di hidupku..

Perlahan kucari, mengapa diriku hampa

mungkin ada salah mungkin ku tersesat,

mungkin dan mungkin lagi

Oh Tuhan aku merasa..

sendiri menyepi…

Ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi

sampai kapan ku begini

resah tak bertepi

kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala

Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa……

seeeeendiri….aku merasa sendiri..

sampai kapan begini

resah tiada bertepi…Ooohh..

Kuingin cahyaMu

benderang di hidupku..


Pengirim : Irfan
Sumber http://sinuhaji.wordpress.com/2008/11/27/sendiri-m

12 July 2009

De Hearty - Permata Yang Dicari

Permata Yang Dicari
Album : Insan Istimewa
Munsyid : De Hearty
http://liriknasyid.com


Hadirnya tanpa kusedari
Menggamit kasih cinta bersemi
Hadir cinta insan padaku ini
Anugerah kurniaan Ilahi

Lembut tutur bicaranya
Menarik hatiku untuk mendekatinya
Kesopanannya memikat di hati
Mendamaikan jiwaku yang resah ini

Ya Allah
Jika dia benar untukku
Dekatkanlah hatinya dengan hatiku
Jika dia bukan milikku
Damaikanlah hatiku
Dengan ketentuan-Mu

Dialah permata yang dicari
Selama ini baru kutemui
Tapi ku tak pasti rencana Ilahi
Apakah dia kan kumiliki
Tidak sekali dinodai nafsu
Akan kubatasi dengan syariat-Mu
Jika dirinya bukan untukku
Redha hatiku dengan ketentuan-Mu

Ya Allah
Engkaulah tempat kubergantung harapanku
Kuharap diriku sentiasa di bawah rahmat-Mu

Lagu : Fahmi (o.p. DeHearty Publishing / s.p. NAR Publishing)
Lirik : Nurul Uyun Abdul Aziz (o.p. DeHearty Publishing / s.p. NAR Publishing)

Pengirim : Muhammad Faiz b. Mat Zain

07 July 2009

Jadwal Perubahan Ketika Cinta Bertasbih

nonton Mega Film "Ketika Cinta Bertasbih"
Pertama di Aceh!!!
Penyelenggara:
Sinergy Solutions (pelaksana)
Jenis:
Pesta - Malam Film/TV
Jaringan:
Global
Waktu Mulai:
10 Juli 2009 jam 8:00
Waktu Selesai:
12 Juli 2009 jam 11:00
Tempat:
Gedung Sosial
Nama Jalan:
Jl. Tgk. Chik Di Tiro
Kota/Daerah:
Banda Aceh, Indonesia

Lihat peta
Google
MapQuest
Microsoft
Yahoo
Telepon:
08121000938
Email:
pede_grafika@yahoo.com
Keterangan
Sinergy Solutions (pelaksana)
Pemutaran film direncanakan akan dilaksanakan di AAC Pemutaran film direncanakan akan dilaksanakan di GEDUNG SOSIAL pada 10, 11, 12 dan 13 Juli 2009 selama 4 hari dengan jadwal pilihan:

Dengan artis:
1. Jumat malam 20.30 wib (pengganti sabtu malam)
2. Sabtu Pagi 09.00 wib

Tanpa artis:
3. minggu malam 20.30 wib
4. senin sore 16.30 wib (pengganti minggu pagi)
5. senin malam 20.30 wib (pengganti minggu siang)
Harga tiket:
Rp. 25.000 | Rp. 30.000 (temu artis)

Tempat pembelian tiket:
Sekret Sinergy Solution at Wisma Unsyiah Darussalam, IAIN Ar-Raniry, Taman Sari, RRI, Radio Antero, Radio Djati FM, Taman Sari, Furqan Agency Neusu.

Note:
tiket bisa didapatkan setelah menerima pemberitahuan dari pihak Sinergy Solutions.


Support By:
Yayasan Sambinoe

Official Partner:
SHS, The Pade, Kantor Berita Radio Antero 101.6 FM, Pede Grafika, Bank BPD, Garuda dan Telkomsel.

11 June 2009

Ketika aku terbang di udara

Aku merasakannya.. kegelisahan dan kekhawatiran terhadap diriku..
ketika aku terbang mengudara dengan pesawat
merasakan kebesaranNYA. ada sesuatu yg berbeda..
merasakan betapa kecilnya aku ketika berada di daratan

timbul dari dalam lubuk hati yg paling dalam
tp air mata ini seakan tak tertahan ketika dijendela kecil itu terlihat kebesaranNYA.
ya..!! aku melihat keluar pesawat.. kurasakan ada energi yg mengalir deras di jiwa ini..
hati ini bergetar timbul kegelisahan..

berkali2 dalam hati ini berusaha utk mencela keadaanku saat ini..
renungan dan muhasabah diri ini..
Mohon Ampun Ya Rabb..
Betapa Besarnya ciptaanMU.

Ada apa dibenak ini? timbul kegelisahan dan kekhawatiran yg mendalam
kegelisahan dan kekhawatiran yg mendalam itu adalah kesombongan diriku selama ini
ya..!! aku merasa saat diriku di daratan bawah disana betapa kesombonganku..
kesombonganku.. betapa aku kurang mensyukuri NikmatNya.

Sungguh betapa Besar KekuasaanMu.. tak patut diri yang hina ini utk menyombongkan diri
di daratan yg kecil ini..
ya!! aku melihatnya awan2 yg berlapis, daratan yg hanya nampak kehijauan.. lautanMU yg sangat luas.. Namun aku tidak melihat para manusia2 lainnya.. tdk terlihat sama sekali dari ketinggian pesawat..

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi...... (Q.S. Al-Baqarah : 284)

kegelisahan dan kekhawatiran itu aku serahkan dan pasrahkan KepadaNYA.. tiada upaya melainkan pertolonganNYA..

Pertanyaan yg kuat timbul ketika diri ini memasuki kumpulan awan2 yg dimana cuaca saat itu kurang baik.. Ya RABB.. aku kembali padaMU.. Yang membolak balikkan hati ini.. mohon ketetapan hati dikeimanan ini.. tambahkanlah keimanan dan kuatkan ia.. Ya Rabb..
Siapakah yg menolongku ketika aku diudara.. tidak ada kuasa bagiku.. Hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.. Tiada Berhak disembah melainkan Allah. Ya Rabb.. Hamba Kembali, Kembali dari kelalaian ayat2MU yg hak.. mohon Ampunan dan Taubat Ya Rabb..

Ampuni Hamba ya Rabb.. atas segala kesombonganku selama ini..
melihat kembali seberapa amal yg telah kupersembahkan padaNYA..
sangatlah sedikit dan belumlah cukup.. aku Takut KepadaMU Ya Allah
Disaat Hari Akhir nanti.. ketika Engkau meminta pertanggungjawaban tentang apa yg tlah kulakukan didunia ini..

Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam.

28 May 2009

Jiwa Jiwa para pejuang

Inilah jiwa jiwa para pejuang
tidak rapuh ketika berbagai badai rintangan menghadang
kokoh bagaikan sebuah pohon yg akarnya kuat tertanam di bumi
hati dan pikirannya tenang dikala berbagai permasalahan yg dihadapi

inilah jiwa jiwa para pejuang
siangnya di berjuang dengan menegakkan kalimahNYA
malam malamnya dihiasi dengan air mata
mengharapkan ampunan ilahi Rabbi

inilah jiwa jiwa para pejuang
kuat dan tangguh karena ada sebuah tujuan
karena ada sebuah keyakinan yang kuat
karena tidaklah mudah untuk menempuh sebuah tujuan

inilah jiwa jiwa para pejuang
tidak hanya jasmaninya yang diberi makan dan minum
tetapi ruhaninya senantiasa terus terasa nikmat dan lezat
karena hari harinya terus diberi makan dan minum keimanan

inilah jiwa jiwa para pejuang
tujuan itu jelas ketika dia telah menemukan hakikat kehidupan
makna kehidupan, arti kehidupan
cahaya telah meneranginya membawa ke jalan yang lurus.

inilah jiwa jiwa para pejuang
sabar dan syukur itulah dua buah kata yg membuat dia tangguh dan kokoh
tekad yg kuat dan tetap pada jalannya
menjadikan dia bertambah yakin

inilah jiwa jiwa para pejuang...
Allah SWT tujuan
Muhammad SAW sebagai Tauladan
Al Quran sebagai Pedoman

25 May 2009

Air mata



Ya... inilah air mata... mengalir dengan sangat deras ketika kita mengingat sesuatu yg sangat menyakitkan... salah satunya dosa2 kita. dan hamba pun tak luput dari segunungnya dosa2 hamba. mohon ampun ya Rabb...

23 April 2009

Melepas Lelah di Tugu Darussalam

Ini dia Tugu darussalam, yang dulunya kata orang tua saya disini sawah semua... skrng sudah jadi kota kampus di kota banda aceh.ini dia Ammar Fuad, SE tengah merasakan nikmatnya es campur alias cendol hehehe... lho mandanya kemana nih...karena lupa foto sendiri jadinya begini hanya es campurnya aja yang di foto.. maklum fotografer amatiran hehehe...
klu pagi disini biasanya sepi dan klu ada acara wisuda ya jadi ramai... klu siang jadi ramai, banyak yang melepas lelah sambil menikmati angin yang tenang... dan klu sore ini yang paling ramai, jadi arena pertandingan sepakbola... hussss...


Foto ini diambil ketika pulang Survey Askum... saya bersama Ammar Fuad, di Tugu Darussalam, Siang Itu memang sangat panas, sktr pukul 13.30 wib selepas shalat zuhur di mesjid Jamik kampus darussalam kami langsung menuju ke lokasi. dibawah pohon cemara yang melambaikan angin sepoi sepoi, dan langsung melepas dahaga dengan minum es campur. Alhamdulillah Segarnya...

20 April 2009

Perjalanan Meulaboh - Calang - Banda Aceh

Salah satu sudut di kaki gunung gurutee
sejauh mata memandang
salam perjuangan...
menatap sunset...bayanganku...
ini foto my brother keren...
Subhanallah...
indahnya...
dari ketinggian melihat sunset
luar biasa...
bersinar
dari sudut puncak...
dari atas...
agak sedikit tertutup
kencang ni keretanya
ini dia salah satu kawasan di aceh jaya yang terkena tsunami
eh... menatap apa nehh... ?
ini dia pekerjaan menunggu diatas rakit... menunggu sampai ke daratan...
ne dia rakit tangguh... buatan lokal masyarakat didaerah situ
Subhanallah...
salah satu sudut di mesjid kota calang. adem....
bukti kedahsyatan tsunami, jembatannya hilang dech.. disampingnya kampung kuala bubon yang hilang dech..
ne dia... dulunya desa kuala bubon. skrng jd tempat menunggu rakit krn jalannya belum dibangun.
ciptaan manusia belum seberapa... lihat dech...
helm biru itu my brother.. yg setia menemani setiap saat walaupun ada keselnya sich... dia yg jd supirnya... hehehe gagah & pede kali waktu ngendarainya...
Ya Allah Luar biasa... Ombak yg tengah bergumuruh
peace... pose my brother.. keren... sptnya pesan nasi 2 bungkus ya... hehehe,
ada ombak, pohon cemara, bebatuan, tebing yang terjal...
putih... pengennya kecebur trus menikmati kesegarannya pantai

Alhamdulillah perjalanan kembali dari Meulaboh - Banda Aceh... Hari minggu 19/04/09 pkl. 11.00 meluncur dari kediaman nenek di desa cot mesjid, langsung dech... berpetualang dengan mengendarai astrea Grand berdua dengan abang, alhamdulillah perjalanan dari meulaboh - calang membutuhkan waktu sktr lebih kurang 2 jam. sktr pkl 13.00 kita tiba di kota calang, Ishoma dulu... Istirahat shalat makan... trus sempat silaturrahim dengan saudara seperjuangan di kota calang, mengupas cerita ttg kota calang... wusss... Luar biasa, saling berbagi kesan dan pesan. eeh... tidak terasa sudah pkl. 15.00 wib. pamit untuk melanjutkan perjalanan... rute calang - lamno agak berat... butuh waktu ya sktr lebih kurang 2,5 jam. diatas merupakan foto2 sepanjang meulaboh - calang - lamno. alhamdulillah pkl. 17.30 kita sudah di lamno walaupun ada musibah sedikit biasa... bocor ban, ya terpaksa ganti dech.. bannya, krn tdk memungkinkan lg. tepat pkl. 18.15 kami pun melanjutkan perjalanan... ada sktr 2,5 jam perjalanan lg. sktr 30 menit perjalanan tepatnya di atas puncak gurutee... n di ujung kami bertemu sunset yang indah... pose lg... selesai jg... krn malam pun sdh mulai tampak ... kami pun melanjutkan perjalanan... dan tiba dengan selamat di rumah di desa lamduro, sktr pkl. 8.30 wib... melelahkan... Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah SWT yang memberikan keselamatan di perjalanan. syukur...

Wisata Geunang Geudung di Kab. Aceh Barat

bebek dayung, kwekkk... kwekk..
rileks... santaii... yuppp
ini dia Bapak Kabag Humas Kita... ciee, dengan Bapak mantan Caleg..
hati2 kecebur...
persiapan menaiki bebek dayung...
ni dia, klu tdk salah tempat penjualan karcis, tp kami saat itu tdk bayar alias gratis..
ada warung terapung jg... hehehe
luas yach... ada bebek dayung lg...
warung depan pas waktu masuk pertama...

Alhamdulillah... untuk sementara ini berkesempatan untuk mengunjungi kampung halaman, Ini dia Salah satu tempat Wisata di Kecamatan Kaway XVI Kab. Aceh Barat (namanya klu tdk salah Geunang geudung), Walaupun belum tertata sedemikian rapi dan masih dalam tahap Pengembangan. perjalanan lebih kurang 30-45 menit dari kota meulaboh. Hari Sabtu tgl 18/04/09 pkl. 17.30 berangkat dari Kediaman Paman di Suak ribee, meluncur ke lokasi... ya sekalian berlibur walau hanya sesaat, tp alhamdulillah dpt menyenangkan dan melihat berbagai keindahan alam.

06 April 2009

Waduk Keuliling Indrapuri aceh besar

deras...
lebih deras lagi...
ne dia... jalan airnya
bahaya kalau jatuh...
wusshhh...
Subhanallah....
mendung hitam, pertanda akan hujan
ne dia taman, ada gua di samping... tau2 guanya toilet.. hahahah
ne dia gua toilet
luasnya...
dari atas...
ne dia teman2...
sang juara RX-King dah sampe duluan
tempel ban... bocor
nunggu teman...


Hari minggu... selepas menghadiri acara maulid di rumahnya teman TG yaitu fajar di montasik, kami pun berangkat menuju waduk keuliling indrapuri aceh besar, Subhanallah... Luas nya pemandangannya pun wah... sejauh mata memandang... pokoknya indah banget...